Kamis, 29 Maret 2012

Pertolongan-Nya


Setiap orang akan menemui jalan kesuksesannya masing-masing, dengan cara yang berbeda-beda. Everyone is unique. Because God makes it that way. Kata pak ustadz, kalau kita mengenal Allah dan meminta pertolongan pada-Nya maka sesungguhnya Allah itu Al-Malik, raja dari alam semesta ini, artinya tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, kalau Allah mengehendaki kebaikan untuk diri kita, maka Allah tidak akan menunda-nunda kebaikan itu. Asalkan, saya garisbawahi di sini, bahwa kita pun harus bersikap mendahulukan Allah, dengan kata lain, kita tidak menunda-nunda urusan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semisal, waktu shalat telah tiba , maka sebisa mungkin kita berusaha shalat tepat waktu. Setiap Muslim bisa melakukannya dengan tepat waktu hanya ketika dia sudah menyadari makna shalat tepat waktu tersebut. Lalu apakah sesungguhnya makna shalat tepat waktu?
Menurut pendapat saya yang berdasarkan pengalaman ini, shalat tepat waktu itu sangat penting. Mari membuat analogi sederhana berikut ini. Ketika kita berdoa kepada Allah swt, kita ingin ‘sesuatu’ yang kita inginkan dikabulkan, terlebih ketika kita sangat-sangat menginginkan ‘sesuatu’ tersebut diberikan kepada kita maka kita berdoa dan meminta dengan penuh harap. Di sisi lain, selain diri kita, masih banyak makhluk Allah yang juga meminta pertolongan kepada-Nya. Kondisi ini hampir sama seperti ketika kita dalam melaksanakan suatu acara lalu meminta sponsor ke sebuah perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan yang dimintai sponsor itu tentu tidak hanya melihat proposal sponsor kita, tapi ada juga proposal-proposal sponsor dari pihak-pihak lain yang juga memiliki keinginan sama seperti kita, yakni meminta agar dikabulkan permohonan sponsornya. Nah, sebuah perusahaan tentu tidak sembarang pilih untuk meng-ACC setiap proposal sponsor. Barangkali proposal yang dari segi konten maupun penyajiannya bagus akan lebih DIDAHULUKAN meng-ACC-nya daripada proposal yang masih kurang bagus dalam hal konten maupun penyajian.

Nah, apa sebenarnya pelajaran yang dapat diambil dari analogi tersebut?
Kalau kita ingin DIDAHULUKAN (dikabulkan doanya) oleh Allah swt, maka kita juga harus berusaha menDAHULUKAN urusan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Shalat tepat waktu adalah salah satu perintah-Nya, maka sudah selayaknya kita berusaha menaatinya.
     
Sebelum kita berpikir apa yang akan kita terima dari Allah, maka kita harus berpikir terlebih dahulu, apa yang sudah kita berikan kepada-Nya (apakan selama ini sudah menaati perintahNya dengan baik) ?

Ketika engkau melakukan kebaikan, maka kebaikan untuk dirimu sendiri dan sebaliknya.

Good morning all my beloved friends, hopefully it will be beneficial.
----The End---

Puri Widya
30 Maret 2012 / 06.56 a.m.

Makna Kebahagiaan (yang Hakiki)

Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu berusaha mencapai kebahagiaan. Tidak lengkap rasanya hidup tanpa kebahagiaan. Setiap manusia yang terlahir di dunia ini pastilah mengharapkan kebahagiaan. Namun, apa sebenarnya makna kebahagiaan atau kebahagiaan yang hakiki?

Berdasarkan pengalaman yang saya alami, kebahagiaan itu:
1. Ketika kita bisa berbagi dengan sesama atau dengan lingkungan di sekitar kita (tentunya berbagi dalam hal kebaikan)
2. Ketika kita berhasil mencapai tujuan-tujuan kecil dalam hidup kita

Nah, sekarang ijinkan saya mengulas dan memberikan sedikit opini mengenai dua makna kebahagiaan di atas:
1. Kebanyakan orang akan merasa bahagia ketika menerima sesuatu yang berharga dari orang lain (misalnya hadiah, penghargaan, pujian dan lain-lain), tapi jarang sekali orang yang merasa bahagia ketika memberi uang kepada pengemis, atau berbagi ilmu dengan teman. Rasa tidak ikhlas sering menjadikan manusia sulit merasa bahagian ketika memberi kepada orang lain baik itu memberi dalam bentuk benda, bantuan atau pun informasi.

2. Kebanyakan juga orang berpikir bahwa kebahagiaan adalah mencapai tujuan puncak. Sehingga apabila ia mengharapkan untuk dapat mencapai puncak tersebut, lalu harapannya tidak tercapai maka ia kemudian menjadi putus asa. Padahal jika kita renungi, kebahagiaan itu tidak dapat kita dapatkan secara instan, butuh proses. Kebahagiaan puncak pun tidak akan dapat dicapai tanpa melewati kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam hidup kita atau dapat juga dikatakan tujuan besar pun hanya bisa dicapai dengan melalui terlebih dahulu tujuan-tujuan kecil. Layaknya ketika saya mau pergi ke Malioboro, maka saya harus berjalan kaki terlebih dahulu ke shelter bis Trans Jogja, kemudian transit di halte Cik Di Tiro lalu melanjutkan perjalanan lagi ke Malioboro dan seterusnya. Kebahagiaan akan terasa manakala kita bersyukur. Dan tanda-tanda syukur itu adalah kita ikhlas dan bahagia manakala kita dapat melalui atau mencapai tujuan-tujuan kecil dalam hidup kita.  Dalam surat Al-Hijr pun mengajarkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah swt:

“Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (QS. Al-Hijr:56)

Demikian, sedikit ulasan dan opini saya mengenai makna kebahagiaan. Semoga bermanfaat.

Puri Widya
29 Maret 2012 / 15.49 WIB

Selasa, 06 Maret 2012

Memandang "Menang-Kalah" Dari Sisi Spiritual

   Menang atau kalah bukanlah titik akhir sebuah proses. Menang atau kalah hanyalah titik akhir yang manusia bisa lihat dengan indera. Hal ini berbeda dengan pandangan Tuhan. Tuhan tidak hanya melihat kita menang atau kalah dalam sebuah pertandingan, tetapi lebih dari itu, yakni Tuhan lebih melihat bagaimana manusia bersikap dalam menghadapi kemenangan atau pun kekalahan. Jika sudah ada keyakinan dari kita bahwa "goal" sebenarnya adalah menunjukkan kepada Tuhan bagaimana sikap kita maka kita tak akan lagi khawatir secara berlebihan (misal sampai ketakutan dan cemas karena lawan-lawan kita nampak hebat-hebat semua) dan kita akan menjadi lebih tenang dalam menghadapi sebuah kompetisi (tenang tapi serius dengan usaha yang sungguh-sungguh). Ketenangan tersebut bisa bersemayam di dalam diri kita karena kita punya keyakinan bahwa menang atau kalah hanya bagian dari proses dalam pandangan spiritual. "goal" sebenarnya adalah bagaimana kita menyikapi ketika kita dihadapkan pada kemenangan atau kekalahan. Akankah kalau kita menang menjadi takabur atau rendah hati? Akankah kalau kita kalah menjadi berputus asa dari rahmat-Nya atau tetap bersabar dan bersyukur?
 Semua itu adalah pilihan hidup yang menguji seorang hamba (manusia) di hadapan Tuhan-Nya. Sesungguhnya kemenangan atau pun kekalahan adalah bagian/alat yang diberikan Tuhan untuk menguji manusia (menguji derajat keimanan dan ketakwaan manusia). Bagi saya kunci kehidupan ada 3 yakni syukur, ikhlas dan sabar. Namun tentu masih banyak variabel lainnya yang harus kita tingkatkan seperti sifat jujur, rendah hati dan bermanfaat bagi ornag lain karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. InsyaAllah, kita bisa mendapatkan ketenangan dalam menjalani hidup dengan segala permasalahannya.
   Jadi, bisa kita ilustrasikan seperti ini, orang yang kalah dalam sebuah pertandingan tapi ia menyikapinya dengan sabar dan syukur, maka ia adalah pemenang sejati di hadapan Tuhan (karena ia berhasil menaklukkan sifat negatif yakni putus asa di dalam dirinya). Sebaliknya orang yang menang dalam sebuah pertandingan tapi ia menyikapinya dengan sombong dan congkak terhadap orang lain, maka sesungguhnya kemenangan yang diraihnya itu hanya dalam pandangan manusia. Dalam pandangan Tuhan, ia kalah total (karena ia tidak berhasil menaklukkan sifat buruk yang bernama sombong/congkak). Teman-teman masih ingat kan Surat As-Syams yang sering kita baca sewaktu shalat dhuha terutama ayat ke 8-10 berikut ini yang artinya berikut ini [8] maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [9] sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. [10] dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Beberapa ayat untuk direnungi terkait dengan catatan di atas:

QS. Ali Imran (3) : 142
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.

QS. Al Baqarah (2) : 153
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2:277)