Kamis, 17 September 2015

Rizki Paling 'Luas'

Selama ini kalau kita bicara tentang "rizki", kebanyakan kita mengaitkannya terutama dengan hal-hal yang nampak saja seperti harta benda, rumah, mobil, jabatan dan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Namun kalau kita membaca sejenak, kita bisa renungi sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al Hakim, bahwa rizki ternyata tidak terbatas pada hal-hal yang telah disebutkan di atas. Ada sebuah rizki yang justru karena keutamaannya disebut sebagai rizki yang paling luas yakni "sabar".

Kesabaran adalah rizki. Karena tidak semua orang mampu mendapatkan kesabaran itu. Masih banyak orang yang belum mampu bersabar. Maka jika kita sudah mampu bersabar dengan sebaik-baik sabar, kita harus bersyukur, karena 'sabar' itu adalah rizki yang 'hebat' yang diberikan oleh Allah. Sabar sering dikaitkan dengan iman. Memang benar hal itu. Iman seringkali berarti 'yakin'. Tanpa ada keyakinan yang kuat, kesabaran kita akan mudah sekali untuk digoyahkan. Sedang keyakinan yang kuat harus terus dibangun dengan mengkaji 'ilmu' (agama). Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan mendatangi kajian-kajian di masjid atau tempat-tempat lainnya dimana terdapat majelis ilmu yang dapat semakin memupuk keimanan kita. Mengapa kita perlu mengkaji padahal kita sudah sering dulu belajar ilmu agama, baik di sekolah formal maupun informal? Karena manusia tempatnya lupa. Terlebih bila manusia sudah beranjak dewasa dan begitu banyak urusan. Baiklah, berikut ini terjemahan hadist tentang sabar adalah rizki yang paling luas:

"Tiada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seseorang hamba yang lebih luas baginya dari pada Sabar." (HR. Al Hakim)

Benteng dari Serangan "Musuh"

Siapa musuh orang-orang yang beriman? Ternyatakan dengan jelas di surat Al-A'raf ayat 16-17 yang diterjemahkan berikut ini:

"Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)."

Untuk itu kita harus menghindarkan diri dari serangan musuh kita yang satu ini. Bagaimana caranya? Ust. Anwar Zahid pernah memberikan sebuah tausiah mengenai hal ini. Beliau mengutip pernyataan Ka'ab Al Ahbar dalam kitab Nashaih Al Ibad bahwa benteng orang Islam untuk menghadapi serangan iblis/syaitan antara lain ada 3:

1. Masjid

2. Dzikrullah

3. Al-Qur'an

Hidup itu "masalah"

Jangan berpandangan negatif dulu dengan pilihan kata pada judul tulisan di atas. Hanya ingin menekankan agar kita semua termasuk saya hendaknya tidak mengeluh terus-terusan ketika dilanda masalah. Karena hidup ini tempatnya 'masalah'. Gak yang kaya gak yang miskin. Gak mengenal yang cantik maupun yang biasa saja. Semua pasti pernah punya masalah. Tapi bagaimana kita menghadapi masalah. Allah telah memberikan petunjukNya melalui Al-Qur'an surat Ar-Ra'du ayat 28 yang artinya sebagai berikut:

"yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Senin, 14 September 2015

Cerita dari Taiwan

Negeri ini adalah "luar negeri" pertama yang kukunjungi dalam hidupku. Segala puji hanya bagi Allah, hanya atas perkenan-Nya aku bisa sampai di negeri ini. Sebuah negara yang kalau dilihat di peta nampak kecil. Luasnya pun masih kalah jika dibandingkan dengan Indonesia. Tapi di negeri ini teknologi berkembang pesat. Sebut saja salah satunya sistem transportasi unggulannya yakni HSR dan MRT. Mereka ini nama kereta api cepatnya Taiwan. Mungkin di Jepang atau Korea juga ada. HSR singkatan dari High Speed Rail sedangkan MRT kepanjangannya Mass Rapid Transport.
Di dalam kereta sangat bersih, pun demikian di stasiunnya. Stasiun kereta apinya merupakan stasiun bawah tanah yang dilengkapi dengan TVM (Ticket Vending Machine). Jadi tidak perlu ke loket ketika mau beli tiket. Tinggal datang saja ke TVM dan self service. Tak perlu khawatir tidak bisa memakainya, bisa melihat langsung orang-orang yang sedang memakai mesin tersebut atau bertanya pada petugas yang siaga di berbagai titik di stasiun tersebut. Tak perlu banyak antri juga karena mesin ini disediakan dalam jumlah banyak. Nah foto di bawah ini adalah teman saya yang sedang berlatih menggunakan mesin tiket, hehe. Sekilas mirip mesin ATM.
Sampai di stasiun yang dituju suatu saat kami mampir ke toilet dulu atau sekedar cuci tangan sebelum melanjutkan perjalanan. Karena saya kurang begitu 'gaul' saya tidak tahu bagaimana cara cuci tangan di westafel ini. Saya berpikir "kok tidak ada kerannya". Ya iyalah ini khan westafel otomatis. Begitu tangan diletakkan di bawah lubang keran, air akan mengalir dengan sendirinya, hehe. Bukan hal baru mungkin kalau sekarang, tapi waktu itu saya masih belum tempe, eh belum tahu, hehe. Padahal itu sudah ada tulisan / instruksinya yach, hihihi.
Meski teknologinya canggih, tapi Taiwan tidak melupakan kesehatan orang-orangnya juga sepertinya. Buktinya di negeri ini 'gowes' tetap dibudayakan. Di Taipei saya melihat banyak sepeda mini gratis yang bisa dipakai orang-orang untuk olahraga atau melakukan perjalanan. Tentu harus dikembalikan lagi ke tempat itu mungkin ya (ga dibawa pulang ke rumah, hehe).
Di Taiwan kita juga bisa mengunjungi menara tertinggi ketiga di dunia (waktu itu ketiga, ga tau juga sekarang, hehe), yaitu menara 101 (I-Ling-I). Dari atas puncaknya bisa melihat pemandangan kota Taipei dan beberapa daerah di Taiwan. Tentu naiknya ga pake tangga ya tapi pake eskalator, hehe. Ini dia menara itu. Foto ini diambil pada jarak beberapa meter saja dari si menara. Ujung menaranya sedang tertutup oleh kabut.
Hari terakhir berkegiatan di Taiwan seperti layaknya orang traveling, maka kami pun mengunjungi tempat shopping. Sebelum shopping, perkenalkan dulu, ini mata uang Taiwan, NT namanya. Ada uang ketas ada uang logam juga.

Sabtu, 08 Agustus 2015

QS Az Zumar: 10

Dalam surat Az-Zumar ayat 10 disebutkan bahwa bumi Allah sangat luas. Bagi orang yang bersabar akan disempurnakan/dicukupkan pahala yang tiada batas. Bagi orang mukmin pastinya tahu bahwa kebahagiaan bukan saja kebahagiaan dunia, namun juga kebahagiaan di akhirat. Seringkali manusia lengah, yang dilihatnya hanyalah kebahagiaan duniawi. Yang dimintanya pada Allah hanyalah pahala atau bahagia di dunia. Namun Allah sangat sayang terhadap hamba-hambaNya. Allah ingatkan manusia bahwa sesungguhnya ada kebahagiaan yang lebih sempurna daripada itu yakni kebahagiaan kelak di akhirat. Bagaimana Allah mengingatkannya pada kita? Yaitu Allah memberikan kita ujian atau cobaan hidup. Barangsiapa yang bersabar dengan ujian itu maka Allah akan sempurnakan pahala yang tiada batas. Bisa dimaknai pahala (kebahagiaan) tidak hanya di dunia namun juga di akhirat. Maka ketika kita diuji, atau diberikan cobaan, seyogyanya kita tak perlu terlalu banyak mengeluh, menyesali diri dan tenggelam dalam kesedihan yang menyebabkan pikiran dan hati menjadi sempit. Allah berfirman dalam QS Az Zumar ayat 10 bahwa bumi Allah sangat luas. Bisa juga dimaknai bahwa dibalik ujian dan cobaan, jangan lupa untuk bersyukur karena masih banyak nikmat Allah yang bisa kita rasakan walau kita sedang menerima ujian/cobaan. Salah satunya bagi orang yang beriman adalah nikmat ‘iman’ itu sendiri. Sabar, mengambil pelajaran dan berserah diri pada Allah adalah hal-hal baik yang bisa kita lakukan dikala menghadapi ujian Allah. Dalam sebuah artikel ada tips unik menghadapi ujian Allah, lebih spesifiknya dalam menerima takdir Allah. Tips tersebut adalah 3T: terima, tafakur dan tingkatkan ibadah.

Ulasan di atas hanyalah merupakan pendapat pribadi penulis. Sebuah tafsir tentang surat Az Zumar ayat 10 dapat dibaca pada link berikut:

https://alquranmulia.wordpress.com/2013/08/17/tafsir-ibu-katsir-surah-az-zumar-10/

Ladang Kehidupan

Setiap kita punya ladang sendiri-sendiri. Kadang kita melihat ladang tetangga lebih hijau daripada ladang kita. Namun tidak sepatutnya kita membenamkan diri dalam rasa ‘keminderan’ dan ‘berkecil hati’. Yang perlu kita lakukan adalah intropeksi. Mungkin selama ini kita masih jauh sekali ‘usahanya’ (untuk membuat ladang menjadi hijau) daripada si tetangga. Setelah itu, memperbaiki diri dan ‘berusaha’ lebih baik lagi. Selanjutnya, berserah diri kepadaNya.

Kamis, 02 Juli 2015

Sapaan Allah dalam Ujian Hidup

Begitu banyak ujian hidup yang dihadapi setiap insan yang terlahir di dunia ini. Salah satunya adalah ketika doa-doa kita tak terkabulkan pada saat yang kita inginkan. Sesungguhnya Allah sedang menyapa kita dalam doa yang tak terkabulkan itu. Karena Allah ingin kita belajar untuk ridha dengan segala ketentuanNya. Allah ingin tahu marahkah kita padaNya ataukah kita akan tetap istiqomah. Saat diberi ujian, sesungguhnya Allah sedang memberikan kesempatan untuk kita untuk mendapatkan pahala yang luar biasa. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya jika kita sabar (menjalani dengan ikhlas segala ketentuanNya) maka Allah akan berikan ampunan dan rahmahNya untuk kita. Kita harus bersyukur dengan ujian yang datang. Karena kita diuji berarti kita diberi kesempatan untuk ‘naik kelas’. Kalau kita sekolah SD, SMP atau SMA/SMK biasanya ada ujian kenaikan kelas. Untuk naik kelas kita harus ikut ujian dulu. Begitu pun dalam kehidupan ini. Kalau kita ingin naik kelas maka jalani dulu ujianNya. Dan untuk berhasil dalam ujian itu kita harus berikhtiar, ikhlas serta menikmatinya. Lagipula, apa yang kita inginkan dan rencanakan itu sesungguhnya belum tentu yang terbaik buat kita. Allah lah Yang Maha Mengetahui atas diri kita. Mengapa demikian? Karena Allah adalah Sang Khaliq, yang menciptakan kita. Maka yang harus kita katakan pada diri kita untuk membesarkan hati kita: “Ya Allah Engkau tidak mengabulkan permintaanku sekarang, tapi kuyakin Engkau Yang Maha Sempurna memiliki rencana yang lebih baik daripada rencanaku.” Dan ingatlah selalu Al-Baqarah 216, yang artinya: “….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS. Al Baqarah 2: 216]. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Bila ia ridla maka Allah pun akan meridlainya. Namun bila dia kesal dan benci niscaya ia akan mendapatkan murka-Nya.”